Penulis | : Tasha Anindita |
Editor | : Dini Teja, Kezia Sabrina |
Peninjau Medis | : dr. Yudo Irawan, Sp.KK |
Ringkasan
- Kesulitan ereksi tidak serta-merta menandakan ketidaktertarikan terhadap pasangan.
- Kesulitan ereksi lebih menandakan disfungsi ereksi.
- Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun psikologis.
- Obat tertentu bisa jadi memiliki efek samping terkait fungsi seksual laki-laki.
- Disfungsi ereksi dapat diatasi dengan konsumsi obat-obat tertentu, namun harus dengan konsultasi ke dokter.
Pembahasan
Pada pasangan yang aktif secara seksual, kesulitan ereksi merupakan sebuah tantangan yang rumit. Di satu sisi, laki-laki dapat merasa malu atau bahkan frustasi terkait kondisinya. Di sisi lain, pasangannya bisa merasa sakit hati, cemas, marah, tidak percaya diri, atau bahkan menyalahkan diri sendiri ketika ini terjadi. Umumnya, mereka berasumsi telah melakukan sesuatu yang menyakiti pasangannya, atau merasa tidak lagi menarik bagi pasangannya. Hal ini belum tentu benar, namun seringkali terjadi pada masyarakat akibat kurangnya pengetahuan mengenai kesulitan ereksi. Kesulitan ereksi tidak selalu menandakan ketidaktertarikan secara seksual terhadap pasangan. Meski tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor pencetus, kesulitan ereksi pada umumnya disebabkan oleh faktor fisiologis atau psikologis. Kondisi ini, yang umumnya disebut disfungsi ereksi, merupakan kesulitan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi ketika berhubungan seksual. Disfungsi ereksi juga memiliki gejala lainnya, seperti:- Ejakulasi dini
- Penurunan hasrat seksual
- Kesulitan mencapai klimaks saat berhubungan seksual
- Kecemasan mengenai aktivitas seksual yang dapat menghambat performa seksual
- Ereksi yang lunak atau semi-ereksi
- Cedera fisik pada penis
- Masalah kesehatan fisik, misalnya diabetes, obesitas, penyakit ginjal, penyakit jantung (seperti tekanan darah tinggi atau aterosklerosis), gangguan saraf (seperti penyakit Parkinson dan sklerosis ganda), dan gangguan hormon
- Masalah kesehatan mental, misalnya gangguan mood (stres, kecemasan, atau depresi) atau adanya trauma yang berkaitan dengan seks (misalnya pada penyintas kekerasan seksual)
- Sedang menjalani pengobatan tekanan darah, gangguan kecemasan, atau depresi
- Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol
- Pernah menjalani operasi prostat atau kandung kemih
- Pil L-arginine
- Obat kuat (Viagra, Cialis, Levitra)
- Suplemen dehidroepiandrosteron (DHEA)
- Perubahan gaya hidup (berhenti merokok, mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi alkohol)
Referensi
- Myths and facts about erectile dysfunction. (2021, November 13). WebMD. Retrieved from https://www.webmd.com/erectile-dysfunction/myths-and-facts-about-erectile-dysfunction
- Poteet, M. (2019, July 10). Knowing what to ask about erectile dysfunction. The Compounding Pharmacy of America. Retrieved from https://compoundingrxusa.com/blog/knowing-what-to-ask-about-erectile-dysfunction/
- Bouchez, M. (2005, February 24). Erectile dysfunction: A woman's point of view. MedicineNet. Retrieved from https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=43662
- Pramik, W. (2016, July 14). Is it me? When your partner has erectile dysfunction. The Ohio State University. Retrieved from https://wexnermedical.osu.edu/blog/when-your-partner-has-erectile-dysfunction