Persetujuan: Etika Dasar Aktivitas Seksual untuk Melindungi Diri dan Sesama

banner
Penulis : Tasha Anindita
Editor : Jonathan Alfrendi, Kezia Sabrina
  Pernahkah kamu mendengar terjadinya kasus kekerasan seksual di sekitar kita? Atau adanya seseorang yang melakukan hubungan seksual karena terpaksa? Sobat Tabu, ini merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak kita masing-masing, yaitu persetujuan seksual. Nah, apa itu persetujuan (consent)?  

Mengenal Persetujuan: Hak untuk Menentukan “Ya” atau “Tidak”

Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas seksual. Consent atau persetujuan harus merupakan pernyataan yang jelas dikomunikasikan, baik secara verbal maupun afirmatif. Persetujuan juga tidak terikat pada gender tertentu; tidak ada aturan baku mengenai pihak mana yang dapat menginisiasi atau menghentikan aktivitas seksual. Ini sangat penting dipahami sebelum Sobat Tabu memutuskan untuk aktif secara seksual. Persetujuan tidak dapat diberikan oleh individu di bawah umur, yang berada dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, dalam kondisi tidur, ataupun tidak sadar. Jika seorang individu menyetujui untuk terlibat dalam aktivitas seksual didasari dengan adanya tekanan, intimidasi, atau paksaan, maka hal ini tidak termasuk dalam persetujuan (consent) karena tidak diberikan secara sukarela oleh pihak tersebut. Situasi lain yang tidak memungkinkan adanya persetujuan adalah antara dua pihak dengan kedudukan yang tidak seimbang, misalnya karyawan dalam konteks tempat kerja atau murid dalam konteks lingkungan akademik.  

Ciri-ciri Persetujuan

Pada dasarnya, persetujuan adalah tentang komunikasi sebelum melakukan aktivitas seksual. Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam persetujuan adalah sebagai berikut.  
  • Diberikan secara antusias

Dalam mengidentifikasi persetujuan, perlu diperhatikan ada tidaknya pernyataan “ya” dari individu, bukan hanya berfokus pada kata “tidak” atau penolakan. Jika pasanganmu menyatakan persetujuannya tapi terlihat bimbang dan tidak yakin, hal itu tidak termasuk persetujuan. Begitu pula dengan jawaban “tidak tahu” atau tidak adanya jawaban sama sekali.  
  • Diberikan tanpa paksaan

Persetujuan yang diberikan tidak seharusnya didasari oleh adanya tipuan atau kebohongan. Jika individu setuju untuk terlibat dalam aktivitas seksual didasari dengan adanya tekanan, intimidasi, atau paksaan, maka hal ini tidak termasuk dalam persetujuan karena tidak diberikan secara sukarela oleh pihak tersebut.  
  • Dibekali informasi yang dibutuhkan

Seseorang hanya bisa menyetujui sesuatu jika ia mengetahui seluruh fakta yang menyangkut aktivitas yang akan ia lakukan. Sebagai contoh, jika pasanganmu mengatakan akan menggunakan kontrasepsi ketika berhubungan seksual, tapi tidak menepatinya, maka hal itu tidak termasuk persetujuan. Aktivitas seksual berbeda membutuhkan persetujuan berbeda. Selain itu, persetujuan juga tidak dapat diberikan oleh seorang anak di bawah umur karena belum memiliki pemahaman menyeluruh terkait aktivitas seksual dan belum cukup matang untuk mengambil keputusan atas diri sendiri.   
  • Spesifik

Persetujuan bersifat spesifik. Individu dapat menyetujui satu hal tertentu, tapi tidak untuk hal lainnya. Contohnya, jika kamu mengizinkan pasanganmu untuk melakukan aktivitas seksual tertentu, kamu juga dapat menyatakan keberatanmu jika ada hal lain yang tidak ingin kamu lakukan.  
  • Dapat ditarik kembali

Persetujuan dapat ditarik kembali, dalam arti kamu dapat mengubah pikiranmu kapan pun. Persetujuan juga tetap dibutuhkan meski pasangan telah berhubungan seksual sebelumnya. Jadi, ketika pasangan telah setuju melakukan aktivitas seksual tertentu di masa lalu, bisa saja ia tidak mau melakukannya lagi di lain waktu. Persetujuan dibutuhkan pada setiap inisiasi aktivitas seksual.  

Mengapa Persetujuan itu Penting?

Semua orang memiliki batasan dan pilihannya masing-masing, tidak terkecuali dalam berhubungan seksual. Batasan ini merupakan hal penting yang harus dihormati dan dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas seksual. Persetujuan diperlukan untuk menciptakan ruang aman bagi pasangan dalam mengkomunikasikan apa yang diharapkan dari hubungan seksual. Hubungan seksual tanpa persetujuan mengindikasikan adanya kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, atau kekerasan seksual yang termasuk ke dalam tindak kriminal.  

Seperti Apa Persetujuan dalam Kehidupan Nyata?

Dari ciri-ciri persetujuan, kita sudah bisa memahami yang dimaksud dengan persetujuan. Sifatnya spesifik, tanpa paksaan, dan dapat ditarik kembali. Di sini, kita akan mendalami hal-hal yang termasuk persetujuan dan yang sama sekali bukan.  

Hal-hal yang Termasuk Persetujuan

  • Pernyataan persetujuan verbal yang jelas, yakin, dan tanpa paksaan
  • Perilaku nonverbal yang pasti, seperti mencondongkan tubuh ke arah pasangan, mempertahankan kontak mata, dan mengangguk yakin
 

Hal-hal yang Tidak Termasuk Persetujuan

  • Keadaan tertidur atau tidak sadar
  • Usia di bawah umur
  • Melibatkan paksaan atau kekerasan
  • Keadaan terpengaruh alkohol atau obat-obatan
  • Tersenyum tapi tidak memberikan persetujuan lisan (verbal)
  • Diam, tidak melawan, memalingkan wajah, atau adanya keraguan/keberatan yang terlihat
  • Memanfaatkan ketidakseimbangan kedudukan (misalnya sebagai guru/atasan)
  • Salah satu pihak yang berubah pikiran
  • Mengabaikan rasa keberatan yang ditunjukkan secara verbal/nonverbal dari salah satu pihak
  • Persetujuan atas satu aktivitas seksual tertentu, namun tidak untuk bentuk aktivitas seksual lainnya
  • Pakaian yang terbuka atau “mengundang”
  • Status hubungan romantis (berkencan, berpacaran, atau menikah)
  • Respons fisiologis seperti ereksi, lubrikasi, dan orgasme
 

Kapan Kita Harus Meminta Persetujuan?

Sangat penting untuk meminta persetujuan setiap sebelum melakukan aktivitas seksual. Baik dalam hubungan yang berkomitmen maupun kasual, persetujuan harus dikomunikasikan. Begitu pula dengan batasan-batasan yang dimiliki setiap pihak. Jika kedua pihak tidak sempat menanyakan atau memastikan persetujuan saat sebelum berhubungan seksual, hal ini dapat dikomunikasikan saat melakukannya, untuk memastikan kenyamanan pada kedua belah pihak.  

Persetujuan 101: Panduan Praktis Persetujuan Seksual

Pada dasarnya, persetujuan adalah komunikasi. Jadi, selain mengenai persetujuan, kita pun perlu memperlengkapi diri dengan kemampuan penyampaian dan penerimaan persetujuan yang diberikan. Yuk, kita pahami bersama lebih lanjut!  

Cara Meminta Persetujuan

Tanyakan secara jelas atau eksplisit beberapa hal ini.
  • “Kamu keberatan gak kalau aku [aktivitas seksual tertentu]?”
  • “Aku boleh gak [aktivitas seksual tertentu]?”
  • “Kamu nyaman gak kalau aku [aktivitas seksual tertentu]?”
Selain itu, sampaikan juga pengertianmu untuk menciptakan kondisi yang aman dan nyaman.
  • “Kalau kamu keberatan, bilang aku ya.”
  • “Kalau kamu gak nyaman, kita gak usah lakukan juga gak apa-apa.”
  • “Kalau kamu belum siap, gak apa-apa, aku gak akan maksa.”
 

Cara Memberikan Persetujuan

Berikanlah pernyataan persetujuan yang jelas melalui beberapa cara ini.
  • Utarakan dengan kata-kata yang spesifik, seperti:
    • “Iya.”
    • “Boleh.”
    • “Aku gak keberatan.”
  • Tunjukkan pernyataanmu secara nonverbal, seperti:
    • Anggukan yang meyakinkan
    • Mendekatkan diri ke pasangan
Ingatlah bahwa kamu dapat menarik kembali persetujuan yang telah kamu berikan kapanpun diinginkan; begitu pula dengan pasanganmu.  

Cara Mengidentifikasi Persetujuan

Persetujuan harus disampaikan secara jelas, sehingga tidak terdapat salah paham antara setiap pihak. Meski begitu, terkadang masih juga terjadi perbedaan pemahaman terkait persetujuan yang disampaikan. Karena itu, berikut ini adalah beberapa poin untuk membantu Sobat Tabu mengidentifikasi persetujuan seksual.
  • Kedua pihak terlibat dalam aktivitas seksual secara antusias dan tidak terpaksa, setelah menyetujui untuk melakukannya
  • Terdapat komunikasi yang jelas dan berlanjut dalam setiap langkah (misalnya ketika sexting atau berhubungan seksual)
  • Menghormati pihak lain ketika ia enggan atau tidak yakin ketika melakukan sesuatu
  • Kedua pihak sama-sama mampu untuk menyatakan keputusan secara sadar, tidak dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan, tidak dalam keadaan terpaksa
  • Tidak adanya pernyataan “tidak” atau penolakan tak sama dengan persetujuan
 

Cara Menanggapi Penolakan Persetujuan dengan Baik

Pengertian adalah hal terpenting dalam mengomunikasikan persetujuan. Berilah pengertian kepada pasanganmu. Jangan sampai responsmu malah menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa bersalah pada dirinya. Kamu dapat menunjukkannya dengan memberikan pernyataan yang menenangkan, seperti:
  • “Gak apa-apa, kok, kalau kamu belum siap sekarang. Aku gak keberatan kalau kamu minta aku untuk nunggu.”
  • “Gak apa-apa, gak usah buru-buru.”
  • “Gak apa-apa, aku gak akan ngelakuin kalau itu buat kamu gak nyaman.”
 

Waspada! Ketika Persetujuan Dilanggar

Pelanggaran persetujuan dapat berupa kekerasan atau pemaksaan dalam aktivitas seksual. Hal ini dapat berbentuk pemerkosaan, pelecehan, penyebaran konten sensitif, dan pemaksaan. Jika kamu merasa persetujuanmu dilanggar, berikut hal-hal yang dapat kamu lakukan:
  • Hubungi pihak yang kamu percayai (teman/keluarga) untuk melaporkan kondisimu
  • Jika kamu terluka atau dalam bahaya, hubungi hotline 119 untuk mendapatkan perawatan darurat
  • Hubungi pihak kepolisian setempat untuk melaporkan kejadian yang kamu alami dan meminta pertolongan
  • Jika kamu merasa membutuhkan pendampingan atau konseling, hubungi Komnas Perempuan untuk mendapatkan pendampingan lewat hotline SAPA 129 atau melalui layanan pesan WhatsApp di 08111-129-129
  Jadi, persetujuan adalah hak setiap orang untuk melindungi diri dan menentukan batasan pribadinya. Kita yang membuat keputusan atas tubuh dan hidup kita. Karena itu, mari kita lebih berani menggunakan hak kita masing-masing serta menghargai batasan yang orang lain tetapkan. Dengan begitu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan saling menghargai. Let's respect each other, Sobat Tabu!  

Referensi

  1. Sexual consent. (n.d.). Planned Parenthood. Retrieved July 12, 2022, from https://www.plannedparenthood.org/learn/relationships/sexual-consent
  2. What is consent? [Leaflet] (n.d.). NHS. Retrieved July 12, 2022, from https://www.nhs.uk/aboutNHSChoices/professionals/healthandcareprofessionals/child-sexual-exploitation/Documents/Consent-information-leaflet.pdf
  3. What consent looks like. (n.d.). RAINN. Retrieved July 12, 2022, from https://www.rainn.org/articles/what-is-consent
  4. Your guide to sexual consent. (n.d.). Healthline. Retrieved July 12, 2022, from https://www.healthline.com/health/guide-to-consent
  5. When it comes to consent, there are no blurred lines. (2019). UN Women. Retrieved July 12, 2022, from https://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/11/feature-consent-no-blurred-lines

Recommended for you

Kekerasan Berbasis Gender di Indonesia

Pembahasan seputar kekerasan berbasis gender di Indonesia serta…

By Melisa Ervina Anwar
Memahami Gender Lebih Mendalam

Pembahasan dasar mengenai aspek-aspek dari gender (contoh: identitas,…

By Delfina Hanna
Memahami Disfungsi Seksual

Pembahasan mengenai disfungsi seksual beserta tipe dan faktor…

By Vita Agustiawati Putri